Blog
Mengatasi Emosi Pada Anak
- November 28, 2021
- Posted by: tkalamalghifari.sch.id
- Category: Uncategorized
Orang tua yang belum belajar : (saat anak sedang menangis keras)
“Pinter…terusin aja nangisnya yang kenceng. Biar semua tetangga denger…”
Orang tua merasa bahwa sindiran seperti itu akan membuat anak mengerti bahwa perilakunya itu perlu dihilangkan atau dikurangi. Orang tua menempatkan anak sebagai orang dewasa yang sudah paham aturan sosial. Padahal….
Anak yang masih baru berada di dunia ini, justru butuh bimbingan. Butuh arahan apa yang perlu dan tidak dilakukan. Perlu difasilitasi untuk tahu apa perasaan yang sedang ia rasakan tubuhnya saat ia sedang menangis, apa yang perlu dilakukan saat ia sedang mengalami kejadian serupa, dan seterusnya. Jika anak pondasinya saja masih belum terbentuk kuat, sudah di sindir halus oleh orang tuanya, maka ia akan bingung, perilaku apa yang perlu ia perlihatkan jika mengalami kejadian serupa? Apakah perilaku menangis kencang ini baik atau buruk, dipuji atau dimarahi?
Orang tua yang sudah belajar : (saat anak menangis keras)
Menyadari bahwa anak sedang mengalami ketidaknyamanan dalam dirinya. Namun, karena anak masih baru berada di dunia, ia belum benar-benar mengerti apa itu ketidaknyamanan yang ada di dalam dirinya. Karena anak juga baru belajar berkomunikasi, ia juga masih kesulitan mengungkapkan dengan kata-kata, apa perasaan yang sdang ia rasakan saat ia sedang tidak nyaman ini. Oleh karena itu, orang tua yang sudah belajar tahu bahwa justru disinilah peran penting orang tua. Untuk membantu menenangkan anak saat ia merasakan ketidaknyamanan dan membantu menerjemahkan apa yang dirasakan anak lewat kata. Sehingga, anak nantinya akan mengalami kejadian serupa, anak sudah mampu perlahan-lahan :
- Mengubah perilaku saat merasakan emosi negatif (menangis kencang, berguling, memukul)
- Menjadi sesuatu yang lebih dapat di mengerti orang di sekitarnya (mengungkapkan perasaan negatifnya lewat kata-kata)
Bagaimana Caranya?
Dengan melakukan VALIDASI EMOSI. Saat anak sedang mengalami emosi tertentu, kita bantu terjemahkan (adik kesal ya mainanya direbut, kakak marah karena hujan jadi kita tidak jadi pergi)
Tentunya validasi emosi ini dilakukan setelah emosi anak mereda dan bisa diajak komunikasi dua arah. Jika emosi masih memuncak, kita orang dewasa pun juga sulit untuk diajak berkomunikasi bukan? Saat emosi masih tinggi beri kenyamanan dengan memeluk atau cukup ada di sampingnya. Dan lakukan validasi emosi saat anak sudah siap.
Sumber : rabbitholeid (IG)